Sabtu, 07 Januari 2012

Anak yang Cerdas Belum tentu Bisa Perkalian 100

,

Anak yang Cerdas Belum tentu Bisa Perkalian 100


Sesungguhnya, seorang anak yang dianggap pandai tidak melulu anak yang dapat menyelesaikan soal-soal matematika dengan cepat atau menghapal dengan tepat, namun juga anak yang mempunyai kualitas kecerdasan lain.http://topartikel-kesehatan.blogspot.com/2012/01/anak-yang-cerdas-belum-tentu-bisa.html
Jika suatu saat Anda menemui seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang tidak bisa menjawab pertanyaan 35 x 5, apa yang terlintas di kepala Anda? Sebagian besar mungkin akan menjawab bodoh. Namun tahukah Anda, kualitas kecerdasan seorang anak ternyata tidak diukur dari kecerdasan matematika saja?

Menurut Robert J. Stenberg (1986), kecerdasan atau intelegensi seseorang itu terwujud dalam tiga bentuk, antara lain intelegensi analistis, intelegensi kreatif dan intelegensia praktis. Ini artinya, kemampuan berhitung seorang anak baru dianggap intelegensi analistis dan praktis. Sementara intelegensi kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mendesain, menemukan hal-hal baru dan berimajinasi.

Kecerdasan Jamak
Sementara itu Howard Gardner, seorang Profesor Pendidikan dari Universitas Harvard, mengemukakan bahwa setiap orang paling tidak memiliki delapan jenis kecerdasan yang dapat ditumbuhkembangkan sejak usia dini.

Delapan kecerdasan atau yang lebih dikenal istilah kecerdasan jamak/majemuk (multiple intelligences) ini merupakan pengembangan dari kecerdasan otak, emosional dan spiritual. Kecerdasan jamak/majemuk terdiri dari kecerdasan linguistik, logika-matematika, spasial, kinestetik tubuh, musikal, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.

Tak Ada Anak Bodoh
Jelaslah bahwa tidak seorangpun lahir, tumbuh atau berkembang sebagai anak bodoh. Sebab dalam kecerdasan jamak, anak yang tidak mampu di dalam logika matematika dan bahasa, masih dapat berkembang dengan kecerdasan lainnya.

Adalah tugas sekolah, pendidik, atau orangtua, untuk merangsang dan mengembangkan aspek-aspek kecerdasan ini. Tidak lagi menerapkan proses pembelajaran yang hanya mengikat anak pada disiplin duduk tenang dan kecerdasan logika semata, namun sebaliknya mengajak anak aktif dan kreatif dengan bermain, menari, berolahraga, dramatisasi, gerak tangan dan kaki serta kemandirian akademis lainnya.

Sumber: Buletin info Sehat edisi XV
 

Top Artikel Kesehatan Powered By Blogger Theme Desain By Ellin Nurlina